Jumat, 30 November 2012

cara belajar efektif

Cara Belajar Efektif

Mungkin teman-teman masih ada yang bingung bagaimana sih Cara Belajar yang Efektif itu sehingga kita bisa dengan mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya kemampuan kita dalam menangkap pengetahuan itu bisa dibilang rata-rata sama, namun mengapa hasi akhir yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang mencolok antara satu anak dengan anak yang lain? Jawabannya pun mungkin singkat saja, yakni terletak pada usaha setiap anak tersebut, Cara Belajar Efektif yang digunakan setiap anak bisa berbeda-beda.

Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pembinaan bagaimana Cara Belajar Efektif yang baik dan benar oleh setiap guru pembimbing di sekolah maupun oeh orang tua masing-masing. Itu kalau masih anak-anak yang masih sangat memerlukan bantuan, bagaimana dengan kita? yang merasa sudah remaja karena sudah menginjak bangku SMA, atau barangkali sudah di perguruan tinggi. Lucu bukan kalau kita masih terus butuh diingatkan, makanya kita harus sadar sendiri.

3 Idiots Cover: Cara Belajar Efektif dan Mudah Paham

Cara Belajar efektif


Pada postingan kali ini saya akan mencoba berbagi mengenai Tips Belajar Efektif agar kita mudah paham degan materi yang diajarkan, berikut sedikit tips dari saya..

Cara Belajar Efektif dan Mudah Paham

1. Belajar tanpa Mood
Belajarlah karena kesungguhan kita untuk berubah, jangan belajar hanya dengan berlandaskan mood saja. iya kalau pas nice mood, la kalau pas bad mood kita jadikan alasan untuk kita tidak belajar, saya berani jamin ilmu yang anda pelajari akan sama halnya dengan air yang menetes di lapangan panas, sangat mudah menguap. Jadi jangan pernah belajar berdasarkan mood ya kalau ingin hasil yang memuaskan.

2. Belajarlah di manapun anda suka
Carilah tempat yang nyaman dan dapat menenangkan pikiran kita sewaktu belajar, dengan keadaan yang nyaman kita akan lebih mudah dalam memahami materi.

3. Jangan belajar terlalu banyak ketika akan ujian
Inilah sebuah doktrin yang saya rasa sangat keliru, "kamu harus belajar sungguh-sungguh, besok ada ujian"..kira-kira teman-teman sudah mendengar ocehan yang seperti itu? Ini adalah kesalahan, sebenarnya ketika akan ujian itu kita gunakan untuk merehat otak sekejap, justru pas hari-hari biasalah kita harus sungguh-sungguh. Sistem KS (kebut semalam) sangat merusak cara berpikir kita, karena hanya akan menimbulkan tekanan bukan pengetahuan.

4. Belajar sambil diskusi
Belajar secara kelompok memang dimaksudkan agar seseorang yang kurang mampu memahami materi bisa berdiskusi dengan orang yang sudah paham. Sehingga pertukaran ide terus berjalan, yang pintar tidak semakin pintar, begitu pula yang bodoh tidak semakin terperosok. Semua bisa menjadi seimbang.

5. Belajar dengan diiringi musik
Musik memang bisa meningkatkan konsentrasi kita dalam belajar, namun hal ini tidak selalu terjadi pada setiap orang. Ada beberapa orang yang malah suka keadaan yang hening. Jadi, jika musik bisa membantumu berkonsentrasi, just listen it :)

6. Jangan hanya menghafal
metode menghafal mungkin bisa menyukseskan kita dalam mencari "nilai-yang-baik", namun apakah pengetahuan kita bertambah? tidak. Pahamilah materi dengan mempelajari konsep-konsepnya, bagaimana hal itu bisa terjadi, mengapa, apa selanjutnya, begitulah cara berpikir yang harus dikembangkan meskipun memakan waktu yang cukup lama. Sehingga kita akan tahu betapa indahnya Ilmu Pengetahuan itu. Dalam film 3 idiots, ada sebuah quotes yang sangat mengena: "Dengan menghafal, kamu bisa menghemat waktumu selama 4 tahun di universitas, namun kau telah menghancurkan 40 tahun hidupmu kedepan"

7. Jangan malu-malu untuk bertanya
Bila kita ada yang belum paham mengenai materi yang diajarkan, cukup dengan acungkan jari dan bertanyalah kepada bapak/ibu guru, jangan malu bertanya bila kita tidak bisa, jangan jadikan gengsi "takut dibilang lambat oleh teman2" sebagai alasan, karena hal yang seperti itu tidak masuk akal!

8. Coba dan Gagal (Trial and Error)
Dalam hidup ini, gagal adalah teman kita juga, jadi jangan pernah menghindar darinya. Kita terjatuh, untuk apa? agar kita tahu bagaimana cara untuk bangun. Kita tidak akan pernah tahu yang benar itu bagaimana jika kita tidak kenal dengan KESALAHAN dulu. Materi yang sesulit apapun, pasti akan bisa kita kuasai asal tidak ada kata menyerah memahaminya. Coba terus, gagal sudah biasa.

9. Cintailah mata pelajaran yang anda suka
Anda tidak bisa dalam fisika (misal), namun anda sangat mencintai pelajaran yang satu ini. Maka dengan kecintaan itu, suatu saat akan menjadikan anda seorang fisikawan hebat, karena sesuatu yang dilakukan sepenuh hati akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Sekarang tidak bisa, namun karena kecintaan tersebut anda mempelajarinya setiap waktu, tunggulah hingga mimpi indah tiba. You'll be the best, but wait until the time's coming on ^_^

10. Ingatlah tujuan utama kita sekolah
Tujuan utama kita sekolah ialah untuk mencari ilmu pengetahuan, bukan hanya menerima "Cara Untuk Memperoleh Nilai yang Baik" saja. Nilai tidak akan bisa mencerminkan kualitas seseorang, lihatlah kenyataannya. Tidak masalah kita ada di peringkat berapapun, yang terpenting ialah belajar bukan untuk mencapai kesuksesan..tetapi untuk membesarkan jiwa. ini merupakan Cara Belajar paling Efektif yang terus saya gunakan, karena saya yakin ilmu bukan sebatas CORETAN NILAI, tapi banyaknya kita berbagi kepada sesama.

11. Kunci semua metode belajar
Kuncinya terletak pada kesungguhan kita dalam berdo'a, karena saya masih ingat betul ada yang bilang kecerdasan seseorang 73% dari kesungguhan do'anya, sedangkan 27% dari belajar. Intinya do'a sangatlah penting, sebagai bentuk pasrah kita Kepada Allah. Namun belajar juga sangatlah penting, ingat! Tidak bisa mencapai 100% tanpa ada yang 27% tersebut.

Rabu, 28 November 2012

Ketrampilan Membaca


MEMBACA INDAH

Sebagai suatu bentuk keterampilan berbahasa secara pasif tertulis, membaca merupakan suatu keterampilan yang perlu dibina dan dilatih sehingga selaku pihak orang kedua yang menerima pesan, pembaca dapat memahami maksud penulis dengan tepat, cepat, efektif, dan efisien.
Membaca sebagai bentuk keterampilan pasif berbahasa amat bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan pengetahuan seseorang. Semakin banyak mengetahui sesuatu ada kecenderungan seseorang merasa semakin tidak banyak tahu sehingga terus-menerus mencari tahu, antara lain lewat membaca. Semakin banyak tahu tentang sesuatu seseorang akan semakin luas referensinya sehingga akan semakin bijak dan semakin tepat dalam menentukan ataupun mengambil keputusan, meski tidak akan pernah sempurna.
Meskipun sebagai pihak kedua, membaca bisa pula ditampilkan sebagai suatu seni, dalam arti bisa dinikmati oleh pihak lain (ketiga). Dalam hal ini pembaca berfungsi sebagai mediator antara penulis (pihak pertama) dengan pendengar (pihak ketiga). Sebagai seorang mediator, pembaca harus mampu menyuarakan wacana yang dibacanya sesuai dengan kehendak atau maksud penulisnya. Tentu saja hal ini sangat dipengaruhi oleh penafsiran pembaca atas wacana tersebut, di samping juga faktor kemampuan praktik berbahasanya.
Faktor kemampuan berbahasa untuk membacakan karya orang lain di depan pihak ketiga antara lain dalam bentuk:
1. Teknik pengucapan, meliputi hal-hal:
1.1 Teknik menaikkan volume dan tinggi rendah nada;
1.2 Teknik menaikkan tempo bicara;
1.3 Teknik mengurangi volume, nada, dan tempo.
2. Teknik artikulasi
3. Teknik intonasi dan pungtuasi
4. Teknik aksentuasi dan jeda
Banyak orang sukses dalam kariernya karena kemampuan dan kemahirannya membacakan suatu informasi melalui media, misalnya radio, televisi, film, dan media lain. Hal ini dapat diperoleh oleh siapa pun, tidak mesti menunggu dewasa. Berapa gaji seorang Ira Kusno atau Desi Anwar tatkala membacakan berita. Begitu juga berapa honorarium yang diperoleh oleh Tantowi Yahya tatkala membawakan acara tingkat nasional? Berapa honor Thukul Arwana saat menjadi pengisi acara Empat Mata?
Banyak juga bermunculan tokoh-tokoh kecil yang karena kemampuan berbicaranya yang indah akhirnya memiliki jenjang karier yang baik: Si Entong, Memed, dan lain-lain. Semuanya dimulai dari niat dan tekad yang sejalan dengan keberanian untuk berbicara di depan umum. Mengatasi hal tersebut memberikan peluang untuk mengembangkan talenta berbahasa.
Hampir semua pembawa acara yang baik (entertainer, MC, protokol) semuanya berangkat dari kemampuan lisan bahasanya.
Kemampuan membaca indah tentu saja tidak diperoleh dalam waktu sekejap keculai yang bersangkutan memiliki talenta yang baik. Namun, bukan berarti kita tidak bisa berlatih untuk memiliki keterampilan itu. Amat terbuka peluang bagi siapa pun untuk berlatih menggunakan bahasa lisan sebaik mungkin yang bisa memberikan tambahan penghasilan, bahkan jaminan masa depan.

Penggunaan Bahasa Gaul dalam Jejaring Sosial




Bahasa merupakan instrumen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya, tidak luput dari adanya penggunaan bahasa.
Bahasa memiliki berbagai variasi atau ragam bahasa. Hartman dan Stork (1972) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Variasi atau ragam bahasa menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia.
Variasi atau ragam bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah dengan istilah prokem.
Bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul.
Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada juga yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan media yang banyak digunakan para penutur bahasa untuk saling berkomunikasi jarak jauh melalui internet. Jejaring sosial yang banyak diminati oleh masyarakat, yaitu facebook dan twitter. Dalam facebook dan twitter, para pengguna dapat menuliskan apa yang sedang dipikirkannya dalam “status” dan dapat saling memberikan komentar pada “kiriman” dan “status” rekan-rekan mereka. Selain itu, mereka juga dapat saling berdialog dan memberi komentar satu sama lain.
Dalam jejaring sosial, para penutur bahasa gaul saling berdialog melalui ragam tulis. Dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan baik. Oleh karena itu, para penutur bahasa gaul sering menciptakan kosakata baru yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam jejaring sosial tersebut. Penggunaan kosakata bahasa gaul yang ada dalam jejaring sosial terus berkembang dan berganti mengikuti tren. Para penutur biasanya mengikuti bahasa gaul yang digunakan oleh para artis ibukota. Misalnya, adanya kata “Sesuatu” yang merupakan judul lagu yang dinyanyikan Syahrini. Adanya kalimat, “Terus gue harus bilang, wow, gitu?” Dengan jawaban, “Emang iya? Terus masalah buat lo?” yang sering dikatakan oleh Soimah, penyanyi solo dan presenter acara televisi.
Para remaja menganggap bahasa gaul dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa daerah. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta itu. Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Walaupun istilah alay ini sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti “orang norak”, tetapi hingga saat ini bahasa alay tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam facebook atau twitter. Beberapa kata yang sering dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa gaul juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata Lo atau Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa gaul juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
Selain kosakata di atas, ditemukan juga beberapa kosakata dari bahasa Indonesia yang berubah struktur penulisannya menjadi bahasa gaul yang sering dipakai dalam jejaring sosial, sebagai berikut:
teman lelaki : jek, lur, boy, bang, cuy,bray, gan, brow, guys
teman wanita :sis, sist
kok : kq
kayaknya : keknya
calling : koling-koling artinya berhubungan, menghubungi.
si : c
-nya : -x, misalnya, “putihnya” menjadi “putihx”, _a, misalnya “merahnya” menjadi “merah_a”
download : donlot ‘unduh’
iya : ea, yap, y, yoman, yaw, yow
siapa : cfa, cp
nih : nich
tuh : tuch
kau : kw
tak : ta
tapi : v, phy
nggak : gx
karena : cz
menit : mniy
lagi :aggy
najis : najong, kini dapat diartikan sebagai ungkapan untuk sesuatu yang menyebalkan
bodoh : dodol, bedon
pingin tahu urusan orang : kepo
utang : kasbon
tidak tahu adat: songong (tidak sopan) menjadi songodh, keos
tolong : plis, berasal dari kata please, untuk menyatakan permohonan
banget : beud, betts
kakak :qaqa
semangat : cemungudh
sindiran : cengcengan
asik : hazeg, asoy geboy
ketawa : ngakak, cekikikan
kepalamu :palelo, ungkapan rasa kesal
geregetan : remas-remas
brosur : kuntel-kuntel
pipi tembam : culikable
jijik : hoeks, jijay
sudah : syudah
mabeng : makan bareng
monyet : tenyom
merayu : gombal
suka : kesemsem
lumayan : mayan
dia : doi
daftar : ceklis nih
tidah tahu : auk, ungkapan tidak acuh
hadir : nimbul
gila : gilak
pergi : cao, caw, gaspol
sendiri : sendewe
hai :hy, ai, oi, huy
ketiak :tokay
kerja sama : kongkow, dapat diartikan juga “bersama”
payudara : toket
tidur siang : boci, hasil pemendekan dari “bobo ciang”
cocok : cuco
kacau : kacu
salah : kecele
lari : ngacir
santai : woles atau selow
datang : merapat
doakan : dokan
makanan ringan: kriuk
astaga :astagah, astajiim
memperbaharui: apdet, berasal dari kata update
sok tahu : sotoy
alasan : alibi
lucu : unyu, ciemuth
kampret : kampreto, kampretos
tidak : kadit
tidur :bobo, obo
siang : sianx, ciank, cianx
mau : mo, mu
Penggunaan angka dan huruf seperti dalam status Febby Meytriani C’cukaGreenthea, “ngacun9 di per4.n,” She Ayoe Synk Ayahndtbundaphollepellberkomentar, “5zaa,,,???” Kata ngacung ditulis ngacun9perempatan menjadi per4.n, dan kata masa ditulis 5zaaContoh lain penulisan alay dalam status facebook :
“…G46 PnY4 ML4m mgu G46 P4,, 6aG pnY4 Pcr G46 Pp4,,, 45Al pNy4 du11TT B4NY4kkk…. H4Rta,, T4ht4,, c1nta,,, h4ny4 C1nT4 l4hH yg Gag q m1L1ki… h4H4h4,,,45sy3ekkk…”
Adapun, pengunaan kosakata bahasa alay yang mengubah bahasa Indonesia menjadi bahasa yang seolah dikatakan oleh orang cadel, misalnya, kata sabar menjadicabal, kata kasihan menjadi ciyan, kata terima kasih menjadi maacih, kata seriusmenjadi ciyus, kata enak menjadi enyak, kata sungguh menjadi cungguh, kata bisamenjadi bica, dan sebagainya.
Selain itu, adapun simbol tertentu dalam bahasa gaul, misalnya, simbol (y) menyatakan suka, @ untuk menunjukkan alamat atau tertuju kepada, dan # menyatakan apa yang dirasakan, misalnya, “gubrak #gulinggulingmasukkolongkasur,” penulisan setelah kata gubrak yang menyatakan suatu perasaan sedikit kekecewaan dan kaget.
Selain itu, adapun istilah-istilah terbaru dalam bahasa gaul yang sedang tren digunakan dalam jejaring sosial, misalnya:
Destry Silviany Noe Pllinpllan menulis status facebook, “Cenat-cenut kepala q (˘̩̩̩~˘̩̩̩ƪ).” Kata “Cenat-cenut” menjadi judul lagu yang dipopulerkan oleh boyband Smash.Cenat-cenut bisa berarti hati yang berdebar, dan bisa berarti sedang merasakan sakit.
Gusty Pratama menulis komentar pada kiriman temannya, “Biasa Um Bro Tradisi Tahunan,” Triyono Saefulloh Luis mengomentarinya, “Selalu Begicu….. Sabar Ya Um……. Sing Ikhlas.” Kata um berarti om atau paman, tahun 2011 lalu terdapat sebutan “Mas bro” yang dipopulerkan oleh Ramzi dalam film “Pesantren dan Rock n’ Roll”, tetapi sekarang dapat menjadi “Om bro”, “Mba bro, dan “Bu bro”. Kata broberasal dari brother yang menyatakan saudara lelaki, sehingga kata bro kini sering digunakan untuk menunjukan rasa persahabatan dan persaudara antarteman.
Kosakata bahasa gaul juga ada yang berasal dari pemendekan kata, atau berupa singkatan atau akronim, misalnya, kata “susis” yang berarti “suami takut istri” yang dipopulerkan oleh komedian, Sule. Kata “piktor” akronim dari “pikiran kotor” sebagai sebutan untuk orang yang suka berpikir vulgar. Kata “semangka” berasal dari hasil pemendekan “semangat kakak” ungkapan untuk memberi semangat kepada teman atau sahabat. Kata “pewe” hasil pemendekan “posisi wenak”, kata “agata” pemendakan dari “anak gaul tasik”, kata “kuaci” pemendekan dari “kuacian”, kata “kuacian” berasal dari kata kasihan yang biasanya dikatakan “kasihan deh lo!” Kata “markibal” pemendekan dari “mari kita balap” untuk menantang teman bermain gameatau mengajak duel.
Terdapat ungkapan perasaan dalam bahasa gaul yang biasanya berada di awal atau akhir kalimat, misalnya, “hoeks” rasa jijik, “hiks” rasa sedih, “arrgh” rasa kesal, “hoff” atau “huft” rasa letih, “yiihaa” rasa senang, “heyho” kata sapaan seperti “halo”, “hmm” sedang berpikir, dan sebagainya.
Penggunaan bahasa gaul dalam jejaring sosial semakin marak digunakan oleh para remaja, apalagi pada saat ini sedang musim-musimnya penggunaan ponsel Blackberry yang menyuguhkan aplikasi beraneka ragam untuk membuat tulisan yang bermacam-macam bentuknya. Selain itu, penyedia layanan jaringan seluler pun menawarkan aplikasi untuk menulis bahasa gaul.
Pada kenyataannya bahasa Indonesia memang sudah didapatkan dari sejak kita lahir, tetapi hingga kini kita masih tetap saja merasa kesulitan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, walaupun kelihatannya mudah, tetapi dalam ujian nasional bahasa Indonesia jarang ada siswa yang mendapatkan nilai seratus. Selain itu, ketika kita memasuki dunia pekuliahan lagi-lagi dipertemukan dengan mata kuliah bahasa Indonesia, hal itu tentu saja bukan tanpa alasan. Kebutuhan akan berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu sangat diperlukan bagi warga negara Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara Republik Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya kita mempertahankan dan melestarikan bahasa Indonesia karena bahasa adalah identitas bangsa.
Dengan adanya bahasa gaul atau bahasa alay di kalangan remaja, mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi para pengajar bahasa Indonesia. Tetapi, hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Penggunaan bahasa gaul tersebut tidak menjadi ancaman yang begitu serius bagi penggunaan bahasa Indonesia. Karena bahasa gaul akan tumbuh bersamaan dengan perkembangan usia remaja. Hal tersebut dianggap wajar karena sesuai dengan tuntgutan perkembangan pribadi usia remaja, yang sering memiliki keinginan untuk hidup dengan kelompoknya dengan menciptakan bahasa rahasia dalam kelompoknya tersebut. Sehingga bahasa gaul yang digunakan dalam suatu kelompok remaja sering kali hanya dapat dimengerti oleh anggota kelompok mereka sendiri. Tetapi, ketika mereka berada di luar kelompoknya mereka akan kembali menggunakan bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan tempat di mana mereka berada. Jadi, penggunaan bahasa gaul itu tidak mengganggu pada penggunaan bahasa Indonesia. Haruslah ada kesadaran pada diri kita selaku pengguna bahasa Indonesia untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan dalam EYD.
Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia sudah seharusnya merasa bangga ketika kita dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi, pada kenyataannya di kalangan masyarakat umum, seringkali ditemukan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang sering mengalami campur kode dengan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Padahal, mereka yang mencampur kode penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris tersebut belum memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemahiran berbahasa Indonesianya. Mereka bersikap demikian karena menganggap ketika mereka dapat menyelipkan kata-kata berbahasa Inggris ke dalam kalimat bahasa Indonesia, mereka akan merasa bangga.
Oleh karena itu, mulai dari diri kita cintailah bahasa Indonesia. Gunakanlah bahasa Indonesia dengan penuh kebanggaan. Karena bahasa adalah identitas bangsa dan dari bahasa tersebut akan tercermin jati diri bangsa. Mari kita buktikan bahwa adanya penggunaan bahasa gaul atau bahasa asing tersebut tidak menjadi ancaman bagi penggunaan bahasa Indonesia. Karena jika kita dapat menggunakan bahasa-bahasa tersebut secara profesional, maka penggunaan bahasa gaul, bahasa asing, ataupun bahasa daerah akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan lingkungan, fungsi, dan situasinya masing-masing.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dunia-panas.blogspot.com/2010/07/40-arti-bahasa-gaul-di-facebook.htmldiakses pada 8 Agustus 2012, 06:10:15.
http://kamusgaul.com/content/bahasa-gaul-0 diakses pada 8 Agustus 2012, 07:11:09.

Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia



A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
1.  Pengertian Pendekatan
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang
sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama
dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan
pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula dengan istilah teknik dan
metode.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, walaupun
dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Tentang hal ini, Ramelan (1982)
mengutip pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada
seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta
pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai
kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang
pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
kaidah, norma, dan aturan.
Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan  yang
berbeda, yakni:
(1) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha
membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.  Tekanannya pada
pembiasaan.
(2) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha
untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan.  Tekanan
pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
(3) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus
diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan
pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan
bahasa.
2. Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain
ialah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatanpendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni
pendekatan komunikatif.
a. Pendekatan Tujuan2
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan
metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang
diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.
Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan
suatu pendekatan.  Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang
berorientasi pada pendekatan tujuan.  Sejalan dengan hal itu maka bidang-bidang studi
pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia.
Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya pada
tercapainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang
ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau
informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting
ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun
mengenai bagaimana proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik
pembelajarannya tidak merupakan masalah penting.
Demikian pula kalau yang diajarkan pokok bahasan struktur, dengan tujuan
"Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia". Tujuan
tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran morfologi bahasa Indonesia.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil
apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai
minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu
didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan
oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
b. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma,
dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran  bahasa
harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu,
pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang
tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan  tentang
pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek
kognitif bahasa lebih diutamakan.
Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan.  Dengan
pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena
mereka memahami kaidah-kaidahnya. Misalnya saja, mereka mungkin tidak akan
membuat kesalahan seperti di bawah ini.
"Bajunya anak itu baru".
"Di sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola".
"Anak-anak itu lari-lari di halaman".
c. Pendekatan Komunikatif 3
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan
pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola
pikir masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir
ini sedang digalakkan penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah  tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi
komunikatif.  Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif
didasarkan pada pemikiran bahwa:
(1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang
bahasa.  Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak
terbatas pada tata bahasa  dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif
bahasa.
(2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam
pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa.
tidak  cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa
asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentukbentuk itu sesuai dengan fungsi  bahasa sebagai sarana komunikasi dalam
situasi dan waktu yang tepat.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif
teknik  pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, kepada siswa
diberikan latihan, antara lain seperti di bawah ini.
(1) Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
(a) Mengidentifikasi gambar
Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya jawab)
tentang benda-benda yang terdapat di dalam gambar yang disediakan
oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan
sebagainya.
(b) Menemukan/mencari pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masingmasing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain
(di luar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan.
Siswa ini harus mengajukan  pertanyaan-pertanyaan kepada temantemannya yang membawa gambar, dengan  tujuan untuk mengetahui
identifikasi atau ciri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab
itu siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan  siapa di
antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dengan
duplikat yang dibawanya.
(c) Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan.
Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu. Kemudian
A mengajukan  pertanyaan-pertanyaan kepada B, sehingga is (A) dapat
mengetahui gambar yang mana yang tidak ada pada gambar milik B.4
2) Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)
Contoh:
(a)  Mengomunikasikan contoh dan gambar
Siswa A membawa sebuah model bentuk-bentuk yang diatur/disusun ke
dalam (menjadi) sebuah contoh. Siswa B juga membawa bentuk-bentuk yang
sama. Mereka,  A dan B, harus saling memberikan informasi sehingga B
dapat mengetahui contoh yang ada pada A dengan setepat-tepatnya.
(b) Menemukan perbedaan
Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama,
kecuali  beberapa bagian.  Para siswa harus mendiskusikan gambar
tersebut sehingga menemukan perbedaannya.
(c) Menyusun kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong. Setiap anggota
kelompok  memegang satu bagian tanpa mengetahui bagian gambar yang
dipegang oleh yang  lain; kelompok itu harus menentukan urutan aslinya,
dan menyusun kembali cerita itu.
(3) Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Contoh:
Siswa mempunyai rencana akan mengunjungi sebuah kota yang menarik. B
mempunyai daftar/jadwal bus. Mereka harus merencanakan perjalanan yang akan
dilakukan yang  memungkinkan mereka untuk mengunjungi beberapa tempat
(misalnya 5 tempat) dalam  satu hari, dan menggunakan waktu sekurangkurangnya setengah jam untuk tiap tempat.  Siswa harus memilih tempat yang
paling menarik bagi mereka.
(4) Menyusun informasi
Contoh:
Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan mengadakan "camping"
(berkemah) gunung selama tiga hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang
kira-kira seberat 11 kg. Kelompok-kelompok itu harus menentukan apa saja yang
akan mereka bawa, dengan  melihat daftar barang yang patut dibawa, yang
diberikan oleh guru, dan mempersiapkan  pembelaan apabila mereka ditentang
oleh kelompok lain.
Latihan-latihan tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam  aktivitas
komunikasi yang bersifat fungsional di dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat tipe
aktivitas komunikatif  yang lain, yakni aktivitas interaksi sosial, interaksi di dalam
masyarakat atau dalam pergaulan.  Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa
antara lain dapat berupa:
(1) Kelas sebagai konteks sosial
Contoh:
Percakapan atau diskusi.
(2) Simulasi dan bermain peran
Contoh:
(a) Siswa diminta membayangkan dirinya ada di dalam suatu situasi yang dapat
terjadi  di luar kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana, misalnya, 5
bertemu seorang teman di jalan; tetapi dapat pula kejadian yang bersifat kompleks,
seperti negosiasi di dalam bisnis.
(b) Mereka (siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa
kasus, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus
lain, mungkin mereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi.
(c) Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan
peran mereka masing-masing.  Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk
akting tetapi dapat juga dalam bentuk debat atau improvisasi.
3. Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta
kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan,
penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar
tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada
pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan
berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar
penentu metode yang digunakan.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta
kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini,
setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan
ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar
yang telah dipilih itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan,
kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun
menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih
sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi
serta mengembangkan bahan ajar tersebut.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya
adalah:
a) metode tata bahasa/terjemahan
b) metode membaca
c) metode audiolingual
d) metode reseptif/produktif
e) metode langsung
f) metode komunikatif
g) metode integratif
h) metode tematik
i) metode kuantum
j) metode konstruktivistik
k) metode partisipatori
l) metode kontekstual6
4.  Teknik
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut.  Teknik yang digunakan
oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan
teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi
siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik
pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama
dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai
faktor tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh
hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan,
dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan
menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan
teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak
(1) simak-ulang ucap
(2) simak-tulis (dikte)
(3) simak-kerjakan
(4) simak-terka
(5) memperluas kalimat
(6) menyelesaikan cerita
(7) membuat rangkuman
(8) menemukan benda
(9) bisik berantai
(10) melanjutkan cerita
(11) parafrase
(12) kata kunci
b. Teknik pembelajaran berbicara
(1) ulang-ucap
(2) lihat-ucapkan
(3) memerikan
(4) menjawab pertanyaan
(5) bertanya
(6) pertanyaan menggali
(7) melanjutkan
(8) menceritakan kembali
(9) percakapan
(10) parafrase
(11) reka cerita gambar
(12) bermain peran
(13) wawancara
(14) memperlihatkan dan bercerita7
c. Teknik pembelajaran membaca
(1) membaca survei
(2) membaca sekilas
(3) membaca dangkal
(4) membaca nyaring
(5) membaca dalam hati
(6) membaca kritis
(7) membaca teliti
(8) membaca pemahaman
d. Teknik pembelajaran menulis
(1) menyalin kalimat
(2) membuat kalimat
(3) meniru model
(4) menulis cerita dengan gambar berseri
(5) menulis catatan harian
(6) menulis berdasarkan foto
(7) meringkas
(8) parafrase
(9) melengkapi kalimat
(10) menyusun kalimat
(11) mengembangkan kata kunci
B. Model-model Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Model Pembelajaran Terpadu
Dalam pembelajaran bahasa, termasuk  bahasa Indonesia, dilandasi oleh
pemikiran bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah
bahasa digunakan secara terpisah, aspek demi aspek.
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak
berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Di kelas-kelas yang lebih tinggi (4—6 sekolah dasar), pada jenjang SMP/MTs,
dan jenjang SMA/MA pembelajaran aspek-aspek keterampilan berbahasa diberikan
secara terpadu (integratif).
Misalnya:
a. Menyimak dan berbicara
Contoh:
Guru menceritakan sebuah peristiwa, siswa menyimak cerita tersebut. Setelah
selesai, siswa diberi waktu sejenak, kemudian guru meminta salah seorang siswa
menceritakan kembali isi cerita itu dengan bahasa (kalimat-kalimat) siswa sendiri
secara ringkas.
Contoh yang lain, guru telah mempersiapkan dua atau tiga orang siswa untuk
mengadakan dialog, dengan rambu-rambu yang diberikan oleh guru. Pada jam yang
telah ditentukan, siswa yang  mendapat tugas melakukan dialog di depan kelas;
siswa yang lain menyimak. Setelah selesai,  siswa diberi waktu untuk berpikir,
kernudian salah seorang atau dua tiga orang siswa diminta  mengemukakan isi
atau kesimpulan dari dialog tersebut secara bergilir, atau dapat juga siswa diminta
memberikan pendapatnya, tanggapannya tentang isi dialog tersebut.8
Untuk siswa SMA, kemungkinan yang lain masih banyak.  Dalam hal  ini  yang
diutamakan ialah kemampuan siswa memahami apa yang mereka simak itu dan
kemampuan  mengemukakan pikirannya. Karena yang mendapat kesempatan
berbicara hanya beberapa siswa, yang lain diberi kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya mengenai dialog yang dilakukan oleh teman-temannya yang mendapat
kesempatan di depan kelas. Dengan cara-cara tersebut guru memadukan menyimak
dan berbicara.
b. Menyimak dan Menulis
Guru membacakan atau memperdengarkan rekaman sebuah drama atau sebuah
cerpen. Siswa menyimak berapa kali drama/cerpen itu dibaca/diperdengarkan,
bergantung pada tingkat  kesukaran drama/cerpen tersebut.  Setelah selesai, siswa
diberi waktu untuk menanyakan hal-hal  yang tidak mereka mengerti. Sesudah itu
mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang drama/cerpen itu,
atau siswa diminta menuliskan isi drama/cerpen secara ringkas dengan kalimat
mereka sendiri.
Dapat juga siswa diminta mendengarkan radio atau televisi pada acara tertentu,
dan diminta membuat laporan hasil simakannya secara tertulis. Dalam hal ini guru
harus jeli, memiliki acara-acara yang mernungkinkan dilaksanakannya tugas
tersebut oleh siswa.  Dengan cara-cara di atas,  guru memadukan pembelajaran
menyimak dan menulis. Cara yang lain masih cukup banyak.
c. Membaca dan Menyimak
Memadukan pembelajaran membaca dan menyimak tidak sukar.
Contoh:
Siswa diberi tugas membacakan suatu wacana. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan
membaca untuk orang lain harus dipahami oleh siswa. Siswa yang lain menyimak.
Setelah itu,  siswa diberikan waktu untuk berpikir, kemudian tugas selanjutnya,
mungkin siswa diminta untuk  menceritakan isi yang disimak secara lisan atau
mungkin tertulis. Dalam hal ini, agar yang  mendapat giliran membaca tidak
sedikit, naskah yang dibaca sebaiknya naskah-naskah yang  pendek, seperti:
informasi singkat, pengumuman, perintah, dan sebagainya.  Dengan cara-cara
tersebut, guru memadukan membaca dan menyimak.
d. Membaca dan Menulis
Contoh:
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca cerita atau tulisan-tulisan
yang lain di  luar kelas, dan meminta kepada mereka untuk menuliskan ringkasan
hasil bacaan masing-masing.  Setelah mereka menuliskan ringkasan tersebut,
guru dapat meminta kepada siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka,
atau dapat juga sebelum mereka mengumpulkan, beberapa siswa  diberi giliran
untuk membacakan atau mengemukakan hasil pekerjaan masing-masing.
Dengan cara-cara itu terjadi pemaduan antara membaca, menulis, dan bercerita.
e. Menulis dan Bercerita
Contoh:9
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karangan di luar kelas.
Pada jam yang  telah ditentukan, siswa menceritakan isi karangannya, sebelum
karangan itu dikumpulkan.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing beranggotakan
tiga atau empat  orang. Tiap kelompok diberi tugas merencanakan dan
menuliskan sebuah adegan yang   diperankan. Pada jam yang telah disepakati
bersama, sebelum naskah diserahkan kepada guru, tiap kelompok diminta
memperagakan apa yang telah mereka rencanakan dan mereka tulis.  Cara lain
masih banyak.
Pembelajaran kosakata selalu dipadukan dengan keterampilan berbahasa.
Untuk mengajarkan makna kata (kata-kata baru), digunakan sebuah wacana yang
memuat kata-kata yang akan diajarkan. Siswa diminta membaca wacana itu di dalam
hati, kemudian diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan.
Setelah itu kata-kata yang disiapkan untuk diajarkan dibicarakan atau
didiskusikan maknanya, sinonimnya (kalau ada), dan sebagainya.  Kemudian siswa
diminta menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat secara tertulis.  Dapat juga
guru menggunakan kata-kata baru di dalam wacana untuk dikte.
Pembelajaran struktur juga dipadukan dengan semua keterampilan. Dengan
cara-cara seperti  contoh di atas, dapat dilakukan pemaduan antara pembelajaran
struktur dengan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Cara yang lain dapat
juga dengan teknik klos.
Pemaduan bahasa dengan bidang studi yang lain seperti IPA, IPS, dapat
dilakukan dengan jalan menggunakan naskah atau tulisan tentang bidang studi yang
dimaksud sebagai bahan bacaan. Atau  dapat juga siswa ditugasi mengarang tentang
sesuatu yang berkaitan dengan bidang studi dimaksud.
Kaitan pembelajaran bahasa dengan bidang studi yang lain dapat dilakukan
dalam hal: kosakata, struktur, menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Dengan
kata lain, semua aspek bahasa dapat dipadukan dengan bidang studi yang lain.
Itulah beberapa contoh pemaduan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran bahasa ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(1) Pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu di dalam konteks. Artinya, kata-kata
atau struktur yang diajarkan tidak lepas dari konteks kalimat atau wacana.
(2) Setiap aspek dalam bahasa diajarkan dengan memperhatikan tema yang telah
digariskan dalam silabus. Dengan mengacu pada tema, sebenarnya telah terjadi
pemaduan dengan bidang studi yang lain atau terjadi lintas bidang studi.
(3) Setiap kali pembelajaran selalu diawali dengan pengarahan yang jelas.
(4) Pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan memberikan hasil yang lebih
baik.
2. Model Pembelajaran Tematik
a. Pengertian
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan pada 10
siswa sekolah dasar kelas rendah (1—3), karena pada umumnya mereka melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
b. Strategi Pembelajaran Tematik
Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa,
misalnya, sebagai berikut.
1) Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa.
2) Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak harus
di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan
pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa sekolah dasar, pembelajaran
pada tahap ini harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1) Berpusat pada siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung pada siswa.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5) Bersifat fleksibel.
6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
d. Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan,  di antaranya sebagai berikut.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa.
2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
e. Peran Tema
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan  mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
6) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya, bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan 11
sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk
mempelajari mata pelajaran lain.
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik
1) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna dan utuh.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu dipertimbangkan antara lain alokasi
waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di
lingkungan.
3) Pilih tema yang terdekat dengan anak.
4) Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.
g. Langkah-langkah Menyusun  Pembelajaran Tematik
1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata
pelajaran.
2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelas dan semester.
Pilihan Tema:  Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan, Tempat Umum, Pengalaman,
Budi Pekerti, Kegemaran, Tumbuhan, Hiburan, Binatang, Transportasi, Kesehatan,
K3, Makanan, Pendidikan, Pekerjaan, Peristiwa, Pariwisata, Kejadian Sehari-hari,
Pertanian, Negara, Komunikasi, dsb.
3) Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini
penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada
sebuah mata pelajaran yang cocok dikembangkan dengan sebuah tema. Langkah ini
dilakukan untuk semua mata pelajaran.
3. Model Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM/Joyfull Learning)
a. PAKEM adalah strategi pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi eksternal dan
internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sehingga pembelajaran bermakna.
b. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti
menganalisis dan menyintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai
peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran 12
aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning,
yakni pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan
kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar  (to facilitate of
learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak
berperan dalam proses pembelajaran sedangkan guru lebih banyak
memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran.
c. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi
yang bervariasi, misalnya, kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan
masalah. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang
kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir
maupun dalam melakukan suatu tindakkan. Berpikir kreatif selalu dimulai
dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Berpikir kreatif harus
dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa untuk
mengembangkan kreativitasnya.
     Pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut.
Tahap  pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai informasi
untuk diuji. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut
rasional. Tahap  ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan
bahwa hipotesis tersebut benar, tepat, dan rasional. Tahap keempat; verifikasi, yaitu
pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendari, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan
sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya
dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
d. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman
baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke
tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan
melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar
bergairah dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran betul-betul
kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif karena
mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh
guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam
pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi
standar.
Pembelajaran efektif perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan13
belajar yang memadai. Maka dari itu, guru harus mampu mengelola tempat
belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran,
mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar.
e. Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction)  merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara
pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan  (not
under pressure).  Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah
adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta
didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan gu ru belajar
dari peserta didiknya. Hal ini dimungkinkan karena pesatnya perkembangan
teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk men dapatkan
informasi lebih cepat dari peserta didiknya. Dalam hal ini perlu diciptakan
suasana yang demokratis, dan tidak ada beban baik bagi guru maupun
peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menye nangkan
guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi
yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan peserta didik secara optimal.
f. Prosedur PAKEM
1) Pemanasan dan apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan peserta
didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan
mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan apersepsi ini
dapat dilakukan sebagai berikut.
(a) Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami     peserta
didik.
(b) Memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi
kehidupan mereka.
(c) Gerakkan peserta didik agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang
baru.
2) Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan
mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut
dapat ditempuh sebagai berikut.
(a) Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta
didik;
(b) Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan
kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik;
(c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk
meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi
baru.14
3) Konsolidasi pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta
didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut.
(a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi
standar dan kompetensi baru;
(b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah  (problem
solving), terutama dalam masalah-masalah aktual;
(c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar dan
kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam
lingkungan masyarakat;
(d) Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses
menjadi kompetensi peserta didik.
4) Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku
Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik dapat dilakukan
sebagai berikut.
(a)  Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi
yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari;
(b) Praktekkan pembelajaran secara langsung agar peserta didik dapat membangun
kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
pengertian yang dipelajari;
(c) Gunakan metodologi yang tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap, dan
perilaku peserta didik.
5) Penilaian
Kegiatan penilaian dapat dilakukan sebagai berikut.
(a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik;
(b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan
peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan
kemudahan kepada peserta didik;
(c) Pilihlah metode yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
C. Alternatif Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)15
o Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
atas dua orang atau lebih.
o Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.  Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu
sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
o Cooperative learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan
semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
o Jadi, keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik jika dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. individual accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab
setiap anggota;
b. social skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, dan mendidik siswa
untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan
kelompok.  Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan
menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain,
dan membentuk kesadaran sosial;
c. positive interdependence adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu
terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.  Keberhasilan kelompok sangat
ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok karena setiap anggota
kelompok dianggap memiliki kontribusi.  Jadi,  siswa berkolaborasi bukan
berkompetisi;
d. group processing, proses jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara
bersama-sama.
o Perancangan dan pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning didasari
oleh pemikiran filosofis “Greeting Better Together”, yang berarti untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara
bersama-sama.  Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus
merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek
kebersamaan siswa sehingga mampu mengondisikan dan memformulasikan kegiatan
belajar siswa dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan bukan
saja di dalam kelas melainkan juga di luar lingkungan sekolah.
o Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning  sebagai berikut:
1) guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan, dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.  Guru juga menetapkan
sikap dan keterampilan-keterampilan  sosial yang diharapkan dapat
dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya
pembelajaran.  Guru dalam merancang pembelajaran juga harus
mengorganisasikan materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam
dimensi kerja kelompok.  Untuk memulai pembelajarannya, guru harus 16
menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan
diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran;
2) dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, guru merancang lembar observasi
kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok
kecil.  Dalam menyampaikan materi, pemahaman, dan pendalamannya akan
dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok.
Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat
menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk;
3) dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing
siswa baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi
maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar;
4) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku
sosial yang harus dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.
o Alasan pembelajaran  Cooperative Learning perlu dilaksanakan dengan alasan
sebagai berikut.
1) Terciptanya kehidupan bermasyarakat yang saling”asah-asih-asuh”, rukun,
damai, harmoni tanpa saling curiga merupakan impian semua orang.  Bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masyarakatnya majemuk, isu-isu
SARA mudah sekali digunakan oleh orang atau kelompok yang tidak
bertanggung jawab untuk memecahkan bangsa.
2) Keharmonisan dapat terwujud jika masing-masing mau terbuka, mau mendengar,
dan saling memahami kekurangan serta kelebihan orang lain.  Menyadari hal
yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil.  Jadi, guru dapat memulainya sejak
anak-anak duduk di sekolah dasar melalui proses pembelajaran.
3) Beberapa manfaat model pembelajaran Cooperative Learning dalam proses
belajar-mengajar antara lain:
(a) dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis;
(b) dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa;
(c) dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilanketerampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat;
(d) siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya;
(e) siswa dilatih untuk bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari
melainkan juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara
optimal bagi kesuksesan kelompoknya;
(f) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar  memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga sesuatu
yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
2. Pembelajaran Keterampilan Proses
Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan  
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan sehingga siswa 17
mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta
menumbuhkembangkan sikap dan nilai.  Dengan demikian, keterampilan-keterampilan
itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.  Seluruh irama dan gerak atau
tindakan dalam proses belajar mengajar tersebut akan menciptakan kondisi cara belajar
siswa aktif.
Langkah-langkah kegiatan keterampilan proses di antaranya mengobservasi  atau
mengamati, termasuk di dalamnya: menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari
hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen,
mengendalikan variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
3. Pembelajaran Kecakapan Hidup
a. Pengertian kecakapan hidup (Life Skills)
Esensi kecakapan hidup adalah kemampuan seseorang untuk memahami dirinya
dan potensinya dalam kehidupan, antara lain mencakup penentuan tujuan, memecahkan
masalah dan hidup bersama orang lain. Kemampuan tersebut akan membantu untuk
hidup dalam lingkungannya dengan sehat serta memiliki perilaku yang produktif.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kecakapan hidup membantu siswa untuk
melindungi dirinya dari berbagai bahaya, bukan hanya obat terlarang melainkan lebih
dari itu untuk mengajarkan dasar-dsar kecakapan hidup untuk memasuki kehidupan
sebagai orang dewasa dengan berhasil (Davis, 2000).
Selain itu, kecakapan hidup dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Dalam hidup, di mana pun dan kapan pun orang selalu menemui masalah yang
harus dipecahkan. Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu :
1) kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebut kemampuan
personal (personal skills),
2) kecakapan berpikir rasional (thinking skills),
3) kecakapan sosial (social thinking),
4) kecakapan akademik (academic skills), dan
5) kecakapan vokasional (vocasional skills).
Kecakapan mengenal diri (self awareness) mencakup:
1) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan
warga negara;
2) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi sendiri dan lingkungannya.
Kecakapan berpikir rasional (thinking skills) mencakup :
1) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills),
2) kecakapan bekerja sama (collaboration skills).
Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu
ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan 18
melainkan isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik akan menumbuhkan
hubungan yang harmonis.
Bagi bangsa Indonesia yang bersifat religius, kecakapan hidup (life skills) di atas
masih harus ditambah sebagai panduan, yaitu akhlak. Artinya, kesadaran diri, berpikir
rasional, hubungan interpersonal, kecakapan akademik serta kecakapan vokasional harus
dijiwai oleh akhlak mulia. Akhlak harus menjadi kendali setiap tindakan seseorang. Oleh
karena itu, kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan harus mampu mengembangkan akhlak
mulia tersebut. Di sinilah pentingnya pembentukan jati diri dan kepribadian (character
building) guna menumbuhkembangkan penghayatan nilai-nilai etika, sosial, dan religius
yang merupakan bagian integral dan pendidikan di semua jenis dan jenjang.
Kecakapan akan diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus
tertentu. Misalnya untuk memecahkan maslah penjualan barang yang tidak laku, tentu
diperlukan keterampilan pemasaran dan seterusnya.
Kecakapan akademik (academic skills),  atau kemampuan berpikir ilmiah
(scientific method) mencakup: identifikasi variabel, merumuskan hipotesis, dan
melaksanakan penelitian.
Kecakapan vokasional (vocasional skills), sering disebut keterampilan kejuruan,
artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat. Perlu disadari bahwa di alam kehidupan nyata, antara  general life skills
(GLS) dan specific life skills (SLS), antara kecakapan mengenai diri, kecakapan berpikir
rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional tidak
berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi
sebuah tindakan individu dapat melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan
intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi oleh kualitas
kematangan berbagai aspek pendukung tersebut.
Tujuan Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi siswa
Program life skills didesain agar bermanfaat bagi siswa, memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa, memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk meningkatkan tanggung jawabnya dan
untuk mengembangkan potensi sepenuhnya. Tujuan umum pembelajaran  life skills bagi
siswa  adalah untuk mengembangkan sikap, kemauan, kecakapan manajemen diri,
kecakapan akademik, kecakapan sosial kemasyarakatan dan kecakapan vokasional serta
pengetahuan yang diperlukan untuk memasuki alam pekerjaan dan kehidupannya dalam
masyarakat. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kecakapan yang akan
diperlukannya agar dapat berkiprah secara mandiri dalam masyarakat dan memiliki
kemampuan sebaik-baiknya. Tujuan khusus pembelajaran life skills adalah:
1) menyajikan kecakapan berkomunikasi dengan menggunakan berbagai teknik yang
memadai bagi siswa;
2) mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan masyarakat masa kini dan
memenuhi kebutuhan di masa datang;
3) mengembangkan kemampuan membantu diri dan kecakapan hidup agar setiap
siswa dapat mandiri;
4) memperluas pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai sumber-sumber dalam
masyarakat;19
5) mengembangkan kecakapan akademik yang akan mendukung kemandirian setiap
siswa;
6) mengembangkan kecakapan pravokasional dan vokasional dengan memfasilitasi
latihan kerja dan pengalaman kerja di masyarakat;
7) mengembangkan kecakapan untuk memanfaatkan waktu senggang dan melakukan
rekreasi;
8) mengembangkan kecakapan untuk memecahkan masalah untuk membantu siswa
melakukan pengambilan keputusan masa kini dan di masa depan.
Desain Program Kecakapan Hidup (Life Skills)
Pembelajaran dalam program life skills dilaksanakan secara individual atau dalam
kelompok kecil, dengan berlandaskan kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran yang
dilaksanakan secara individual terutama bagi   siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Fokus pembelajaran life skills adalah:
1) komunikasi,
2) membantu diri sendiri,
3) kehidupan mandiri,
4) kemampuan akademik,
5) kecakapan pravokasional dan vokasional,
6) pemanfaatan waktu luang dan rekreasi,
7) pendidikan jasmani,
8) pemecahan masalah,
9) kecakapan pribadi/sosial, dan
10) kecakapan bermasyarakat.
Berkaitan dengan hal di atas, dapat diklasifikasikan 3 (tiga) gugus keterampilan
hidup, yaitu: (1) keterampilan dasar, (2) keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (3)
karakter dan keterampilan afektif. Keterampilan dasar terdiri atas: (a) kecakapan
berkomunikasi lisan (berbicara dan mendengarkan/menyimak), (b) membaca (khususnya
mengerti dan dapat mengikuti alur berpikir), (c) penguasaan dasar-dasar berhitung, dan
(d) terampil menulis. Keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup (a) pemecahan
masalah, (b) strategi dan keterampilan belajar, (c) berpikir inovatif dan kreatif, serta (d)
membuat keputusan. Karakter dan keterampinan afektif mencakup (a) tanggung jawab;
(b) sikap positif terhadap pekerjaan; (c)  jujur, hati-hati, teliti dan efisien; (d) hubungan
antarpribadi, kerja sama dan bekerja dalam tim, (e) percaya diri dan memiliki sikap
positif terhadap diri sendiri, (f) penyesuaian diri dan fleksibel, (f) penuh antusias dan
motivasi, (g) disiplin dan penguasaan diri, (h) berdandan dan berpenampilan menarik, (i)
jujur dan memiliki integritas, serta (j) mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan.

Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Peradaban Dunia?


Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain atau lebih. baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar dan sudah menjadi aksioma. Satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh. Bahkan saat tidur pun terkadang kita tanpa sadar menggunakan bahasa.
Sebuah bangsa pasti memiliki bahasa, walaupun ada beberapa bangsa yang meminjam bahasa dari bangsa lain. Kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu Riau. Akan tetapi, sekarang bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu adalah bahasa Melayu, dua bahasa yang serumpun tapi tidak sama. Bahasa Indonesia berkembang dengan sendirnya sesuai dengan aturannya, dan bahasa Melayu berdiri sendiri menuju perkembangannya. Setujukah Anda bila bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu?
Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia bukanlah bermaksud atau bersikap seperti “kacang yang lupa akan kulitnya”, melupakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Mungkin tanpa bahasa Melayu, bahasa Indonesia tidak akan pernah ada. Akan tetapi, kita ingin memposisikan bahasa Indonesia pada posisinya, seperti yang telah termaktub dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda mengikrarkan tiga hal yang sakral dalam sejarah dan proses kemerdekaan Indonesia, satu diantaranya adalah “Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Menjunjung berarti menurut, menaati dan memuliakan (KBBI). Menjunjung tinggi bahasa Indoensia, berarti menaati dan memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia. Demikianlah sumpah yang diikrarkan oleh pemuda-pemudi bangsa Indonesia pada tahun 1928. Bagaimana dengan pemuda-pemudi Indonesia sekarang??
Melihat kondisi pemakai bahasa Indonesia sekarang, sepertinya cape deh harus menggunakan bahasa Indonesia yang berkelit dan selalu berpedoman kepada yang baik dan benar.
Yang penting apa yang ingin kita sampaikan orang mengerti dan paham, mau pake bahasa campur aduk keksaya mau pake bahasa Indonesia campur bahasa Inggris kek,campur lagi dengan bahasa daerah kek, toh yang baca juga paham. Cape deh, please dong jangan diperbesar masalah-masalah kecil kayaki gini”.
Benar dan pantaskah bila kita sebagai pemilik bahasa Indonesia berasumsi demikian? Masyarakat Indonesia pada umumnya dwibahasawan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa seenaknya mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa mengindahkan aturan dan kaidah yang ada. Bersikap positiflah terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa yang kita gunakan menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia. Jepang dan Prancis adalah contoh negara yang sangat taat dan menghargai bahasanya sendiri.
Pernahkah kita berpikir bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa peradaban dunia?
Bukan hal yang mustahil bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa perdaban dunia, bahasa yang digunakan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak sulit untuk dipelajari. Suatu bukti yang meyakinkan bila esok bahasa Indonesia akan menjadi bahasa peradaban dunia, lebih dari 50 negara di Dunia telah mempelajari dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai satu diantara mata pelajaran di sekolah mereka. Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia harus banggga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Mengapa kita harus belajar bahasa asing, bila bahasa kita kelak mampu menjadi bahasa Internasional dan bahasa peradaban dunia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada diri kita sebagai pemilik dan pengguna bahasa Indonesia. Kita harus konsisten dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebenarnya tidak sulit, yang membuat sulit karena kita telah terbiasa dengan kesalahan yang ada dan selalu cape’ untuk mempelajarinya dengan segala kerendahan hati. Kita selalu beranggapan, “untuk apa mempelajari bahasa Indonesia, bukankah kita orang Indonesia yang secara otomatis mengerti menggunakan bahasa Indonesia”. Bilamana pendapat ini terus berkembang, pupus sudah harapan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdaban dunia.